Home > Penelitian Tindakan Kelas > Pengaruh Kerapatan Konidia dan Frekuensi Aplikasi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii (Zimmermann) terhadap Keefektifan Mengendalikan Imago R. linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae)

Pengaruh Kerapatan Konidia dan Frekuensi Aplikasi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii (Zimmermann) terhadap Keefektifan Mengendalikan Imago R. linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae)

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang Masalah

            Kedelai merupakan komoditi pangan yang mempunyai prospek tinggi dalam memenuhi kebutuhan akan bahan makanan berprotein tinggi untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat. Salah satu hambatan dalam peningkatan produksi kedelai adalah serangan hama yang mengakibatkan hasil panen rendah. Salah satu kelompok hama yang dapat menyebabkan rendahnya produksi kedelai adalah hama perusak polong dan biji. Hama perusak polong dan biji dibagi menjadi 4 golongan, yaitu penggerek polong, pengisap polong, pemakan polong dan puru polong kedelai (Tengkano, Iman, dan Tohir, 1992).

            Hama pengisap polong kedelai ada tiga jenis yaitu (1) Nezara viridula (Linnaeus), daerah penyebarannya adalah di Afrika, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Amerika Serikat, (2) Piezodorus hybneri (Gmelin), daerah penyebarannya adalah di India Selatan, Birma, Jepang, Formosa, Cina, Afrika Utara, dan Indonesia, dan (3) Riptortus linearis (Linnaeus.), daerah penyebarannya adalah  di India, Filipina, dan Indonesia (Tengkano dan Soehardjan, 1993). R. linearis merupakan salah satu jenis hama pengisap polong kedelai yang sangat penting di antara ketiga jenis hama pengisap polong tersebut di atas. Akibat serangan pengisap polong dapat berupa polong dan biji kempis, polong gugur, biji keriput, biji hitam membusuk, adanya bercak hitam pada biji, dan biji berlubang. (Tengkano, Iman dan Tohir, 1992).

Kerugian hasil panen akibat serangan pengisap polong kedelai  mencapai 80% apabila tidak dilakukan pengendalian (Prayogo 2004b). Menurut Winoto (1986) penurunan produksi kedelai dapat mencapai 70% apabila pada saat perkembangan polong dalam satu rumpun ditemukan empat ekor nimfa R. linearis instar-2.

Pengendalian hama di Indonesia sampai saat ini masih mengandalkan insektisida kimia. Pada beberapa tahun terakhir ini, telah dikembangkan teknologi pengendalian yang ramah lingkungan, yaitu dengan cara pengendalian biologis. Salah satu cara pengendalian biologis, yaitu dengan  memanfaatkan cendawan entomopatogen Verticillium lecanii. Keefektifan cendawan V. lecanii terlihat dari tingkat kematian imago R. linearis dengan kerapatan konidia 107/ml suspensi mencapai 81% (Prayogo, 2004a). Hasil penelitian Mufidah (2007) bahwa kerapatan konidia 105/ml suspensi menyebabkan kematian nimfa R. linearis sebesar 60%.

Salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat kematian larva ulat jengkal adalah kerapatan konidia cendawan entomopatogen (Widayat dan Rayati, 1993). Prayogo dan Tengkano (2004) menyatakan bahwa makin tinggi kerapatan konidia Metarhizium anisopliae, makin tinggi pula kematian larva Spodoptera litura. Kematian larva S. litura juga sangat ditentukan oleh frekuensi aplikasi M. anisopliae. Dengan menggunakan kerapatan konidia 107/ml suspensi, aplikasi M. anisopliae satu kali mampu mematikan larva S. litura hingga 40%, dan meningkat hingga 83% bila aplikasi ditingkatkan tiga kali berturut-turut selama tiga hari. Sementara itu penelitian tentang kerapatan konidia dan frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii hingga saat ini belum dilaporkan.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dilakukan penelitian  yang berjudul “Pengaruh Kerapatan Konidia dan Frekuensi Aplikasi Cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii terhadap Keefektifan Mengendalikan Imago Riptortus linearis (L.) (Hemiptera: Alydidae)”.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini yaitu:

  1. adakah pengaruh kerapatan konidia cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis?
  2. adakah pengaruh frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis?
  3. adakah pengaruh interaksi antara kerapatan konidia dan frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis?

 

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

  1. mengetahui pengaruh kerapatan konidia cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis,
  2. mengetahui pengaruh frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis,
  3. mengetahui pengaruh interaksi antara kerapatan konidia dan frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis.

 

D. Hipotesis Penelitian

            Hipotesis dari penelitian ini adalah:

  1. ada pengaruh kerapatan konidia cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis,
  2. ada pengaruh frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis,
  3. ada pengaruh interaksi antara kerapatan konidia dan frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii terhadap keefektifan mengendalikan imago R. linearis.

 

E. Kegunaan Penelitian

            Hasil penelitian diharapkan dapat:

  1. memberikan informasi mengenai kerapatan konidia V. lecanii yang tepat untuk mengendalikan imgo R. linearis,
  2. memberikan informasi mengenai frekuensi aplikasi V. lecanii yang tepat untuk  mengendalikan imgo R. linearis,
  3. memberikan informasi mengenai kombinasi antara kerapatan konidia dengan frekuensi aplikasi dari cendawan entomopatogen V. lecanii yang tepat untuk mengendalikan imago R. linearis,
  4. Mengetahui perilaku hama R. linearis dalam merusak polong kedelai, biji kedelai, dan jumlah tusukan stilet imago R. linearis pada biji kedelai yang diaplikasi dengan cendawan entompatogen V. lecanii dengan harapan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengendalian imago R. linearis.

 

F. Asumsi Penelitian

Asumsi dari penelitian ini yaitu:

  1. seluruh aspek biologi R. linearis yang digunakan sebagai sampel dianggap sama,
  2. seluruh kondisi lingkungan yaitu suhu, kelembaban, dan tekanan udara selama penelitian diasumsikan sama.

 

G. Batasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada:

  1. isolat V. lecanii dan R. linearis yang digunakan diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) Kendalpayak, Malang.
  2. pengamatan hanya dipusatkan pada jumlah imago R. linearis yang mati terinfeksi cendawan entomopatogen V. lecanii pada 1-15 Hari Setelah Aplikasi (HSA) yang angka kematiannya di akumulusikan per 3, 6, 9, 12, dan 15 HSA, jumlah polong yang terserang imago R. linearis, jumlah biji  yang terserang imago R. linearis dan jumlah tusukan stilet imago R. linearis pada biji kedelai pada 3, 6, 9, 12, dan 15 HSA,
  3. pengaruh V. lecanii dan pengaruh serangan hama yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah persentase kematian imago R. linearis, persentase polong terserang imago R. linearis,  persentase biji terserang imago R. linearis, dan jumlah tusukan stilet imago R. linearis (buah) pada biji kedelai.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari kerancuan dalam memahami maksud dan isi dari penelitian ini, maka perlu ada beberapa konsep penting yang harus didefinisikan. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:

  1. kerapatan konidia merupakan konsentrasi konidia V. lecanii yang digunakan untuk menginfeksi R. linearis,
  2. frekuensi aplikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah banyaknya kegiatan waktu untuk aplikasi cendawan entomopatogen V. lecanii yang disemprotkan pada serangga uji (R. linearis) dari aplikasi pertama s/d aplikasi terakhir dengan selang waktu tertentu, frekuensi aplikasi pada penelitian ini terdiri dari tiga taraf, yaitu:
    1. Fa1 = Frekuensi aplikasi dengan penyemprotan tiga kali berturut-turut dalam seminggu,
    2. Fa2 = Frekuensi aplikasi dengan penyemprotan tiga kali dengan selang waktu dua hari dalam seminggu,
    3. Fa3 = Frekuensi aplikasi dengan penyemprotan dua kali dengan selang waktu tiga hari dalam seminggu.
  3. keefektifan V. lecanii dalam mengendalikan imago R. linearis pada penelitian ini adalah kemampuan V. lecanii dalam menginfeksi imago R. linearis, dimana yang di ukur adalah jumlah imago yang mati selama 15 hari pengamatan yaitu mulai pada 1-15 HSA, polong terserang imago R. linearis, biji terserang imago R. linearis, dan jumlah tusukan stilet imago R. linearis pada biji kedelai yang diamati pada 3, 6, 9, 12, dan 15 HSA.
  4. imago R. linearis adalah stadium dewasa dari R. linearis umur lima hari setelah nimfa-5 jadi imago

DOWNLOAD

  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment